Harian62.online--
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menyatakan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mempertimbangkan putri Presiden Indonesia ke-4 Abdurrachman Wahid, Yenny Wahid, sebagai calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan pada Pemilu 2024. Yenny yang independen dinilai akan bisa diterima dua partai lainnya, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
Ujang menilai Surya Paloh mempertimbangkan nama Yenny karena beberapa alasan. Selain karena soal perwakilan dari perempuan, Yenny juga dianggap bisa mendongkrak elektabilitas Anies karena posisinya sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
"Saya kira keinginan Surya Paloh menggaet Yenny Wahid sebagai Cawapres Anies bukan tanpa alasan. Yenny ini kan perempuan dan tokoh di Nahdlatul Ulama. Sehingga Pak Surya tentu melakukan kalkulasi dan melihat potensi kemenangannya besar kalau pasangan ini diduetkan," kata Ujang di Jakarta, Rabu, 5 Juli 2023.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu pun menilai Surya Paloh melihat Yenny dan Anies sebagai pasangan yang ideal. Pasalnya, mereka dinilai saling melengkapi.
PKS dan Partai Demokrat dinilai akan setuju jika Yenny dampingi Anies
Dia juga menilai masuknya Yenny Wahid tidak akan membuat Koalisi Perubahan bubar. Sebab, menurut dia, Yenny merupakan tokoh independen yang tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.
"Kita tahu bahwa Yenny Wahid ini tokoh yang independen secara politik. Posisi ini membuatnya dapat diterima partai politik manapun di dalam koalisi termasuk Koalisi Perubahan," kata Ujang.
Meskipun demikian, dia menilai akan ada upaya dari partai anggota Koalisi Perubahan lainnya agar kader mereka yang maju mendampingi Anies Baswedan. Partai Demokrat yang ngotot agar Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono menjadi calon wakil presiden misalnya.
"Biasa dalam koalisi semua parpol mengusung kader masing-masing. Namun itu tidak bisa dipaksakan, nanti ada titik temu antara semua parpol itu siapa yang harus diusung akhirnya. Tentu ada parameter sehingga satu tokoh itu diputuskan jadi cawapres," ungkapnya.
Dalam hal tersebut, kata Ujang, secara kalkulasi politik nama Yenny akan bisa dipertimbangkan semua parpol dan akhirnya parpol akan legowo.
"Yenny Wahid ini kan politisi perempuan, sekaligus memiliki garis keturunan dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Menurut saya ini, akan menjadi pertimbangan bagi parpol pendukung Anies," jelasnya.
Selanjutnya, Yenny akan perkuat dukungan dari NU plus 2 provinsi dengan pemilih terbesar
Dengan mengusung Yenny Wahid, menurut Ujang, Anies akan mendapatkan tambahan suara dari kaum Nahdliyyin terutama kalangan NU kultural.
"Anies ini kan selama ini selalu dikaitkan kalau dia didukung kalangan Islam garis keras, Islam radikal, dan Islam kanan. Dengan adanya Yenny Wahid yang merupakan putri Gus Dur, otomatis stigma itu akan hilang. Karena ada representasi NU yang Islam moderat dan nasionalis," jelasnya.
Di sisi yang lain, Yenny Wahid juga disebut akan menguatkan perolehan suara Anies di wilayah Jawa Tengah dan juga Jawa Timur yang merupakan dua provinsi dengan pemilih terbesar kedua dan ketiga menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Koalisi Perubahan belum tentukan pendamping Anies
Hingga saat ini Koalisi Perubahan belum menentukan siapa yang akan menjadi pendamping Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Partai Demokrat sempat mendesak agar mereka segera menetapkan cawapres yang akan mereka usung dengan alasan untuk segera mendongkrak elektabilitas Anies yang terus turun menurut sejumlah survei.
Partai tersebut tampak sangat gencar mempromosikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Anies. Meskipun demikian, nama AHY kabarnya ditolak oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, dengan alasan elektabilitasnya masih terlalu rendah.
Sementara NasDem sempat dikabarkan menginginkan cawapres pendamping Anies berasal dari kalangan NU. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sempat menjadi incaran NasDem. Namun, Khofifah tidak menolak atau pun menerima tawaran dari NasDem itu.
Nama Yenny Wahid sebelumnya sempat disebut oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mereka menyatakan mendukung pasangan Ganjar Pranowo dan Yenny sebagai capres dan cawapres. Sayangnya, keinginan PSI untuk berkoalisi dengan PDIP tampaknya bertepuk sebelah tangan.
Sumber:nasional.tempo.co
0 Komentar